JENNIVA ONG, SISWA SMP PEMENANG LOMBA ESAI TAIWAN DARI KACA MATA INDONESIA

Jenniva Ong, seorang siswa kelas 1 SMP Dian Harapan Jakarta, keluar sebagai pemenang pertama Lomba Penulisan Esai Populer “Taiwan dari Kaca Mata Indonesia” yang diselenggarakan oleh Taiwan Studies Project BINUS University. Proyek ini didanai oleh Pemerintah Taiwan, melibatkan tiga jurusan yang ada di Fakultas Humaniora BINUS, yaitu Hukum Bisnis (Business Law), Hubungan Internasional (International Relations), dan Sastra China (Chinese Literature).

Jenniva Ong menulis esai berjudul “Belajar dari Taiwan: Penanganan Covid-19”. Selain mendapatkan sertifikat sebagai pemenang, ia juga berhak menerima hadiah uang sebesar Rp 5 juta rupiah.

Dua juri yang menilai 38 artikel yang masuk sepakat untuk memberi nilai tertinggi untuk esai ini, berselisih tipis 0,5 poin dengan nilai pemenang kedua, yakni esai menarik yang ditulis oleh seorang mahasiswa S-3 asal Indonesia yang tengah belajar di National Sun Yat Sen University.

Tatkala esai-esai ini masuk ke dewan juri, yang terdiri dari dua dosen dari President University dan Universitas Indonesia, semua nama dan identitas lain dari penulis telah dihilangkan atau disamarkan. Blind judging process ini sengaja dilakukan agar para juri dapat bertugas secara objektif. Bahkan, dari awal telah didesain agar juri-juri tidak direkrut dari universitas penyelenggara (BINUS), melainkan dari perguruan tinggi lain. Aspek-aspek penilaian mencakup struktur esai, pilihan tematis yang diangkat, logika (alur pikir), orisinalitas gagasan, dan pesan yang ingin disampaikan. Tiap-tiap komponen mempunyai rentang nilai 1 sampai dengan 5.

Secara keseluruhan terdapat enam orang pemenang dalam lomba penulisan esai populer ini. Selain pemenang 1, 2, dan 3, juga ditetapkan tiga pemenang harapan (tanpa urutan). Berdasarkan urutan nilai, selanjutnya dipilih 30 esai terbaik.

Pihak panitia penyelenggara berencana untuk menerbitkan 30 esai populer tersebut dalam buku berbahasa Indonesia, Inggris,dan Mandarin. Esai-esai populer ini telah mewakili sebagian kesan rakyat Indonesia terhadap Taiwan yang seharusnya menjadi sinyal positif dan optimisme dalam membangun jembatan kultural yang lebih erat antara Indonesia dan Taiwan. (***)