TRADISI FILSAFAT BARAT DAN TIMUR DALAM PHILOFEST 2021
Pada tanggal 18 November 2021 sesi pukul 13:30-15:00 berlangsung Philofest dengan topik “Dialog: Mengentas Batas Filsafat Barat dan Timur”. Sesi ini adalah bagian dari rangkaian diskusi Philofest yang berlangsung dari tanggal 13 sampai dengan 20 November 2021. Sesi tersebut menghadirkan dua narasumber yaitu Shidarta, dosen Jurusan Hukum Bisnis BINUS dan Syakieb Sungkar seorang kolektor karya-karya seni rupa lulusan Institut Teknologi Bandung dan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.
Dalam dialog dengan Shidarta, disampaikan tentang betapa simplifikasi tradisi Barat dan Timur itu telah mempengaruhi filsafat perbandingan. Perbandingan ini boleh jadi bukan lagi perihal yang relevan di kala masyarakat dunia sudah larut dalam teknologi digital yang tidak lagi mengenal batas-batas negara. Beliau menunjukkan beberapa titik persamaan dari dua tradisi tersebut yang makin mendekatkan kedua tradisi tersebut pada masa mendatang. Misalnya, secara demografis wajah Eropa dan Asia sekarang dan di masa datang akan makin banyak kemiripannya. Sekalipun demikian, ia tetap melihat bahwa tradisi ketimuran yang dipandang sebagai nilai-nilai adiluhung dari Bumi Nusantara, tetap perlu dilestarikan. Cara pandang seperti ini layak untuk diintroduksi kepada generasi muda Indonesia melalui upaya berkelanjutan dan dirasakan manfaatnya secara pragmatis oleh bangsa Indonesia. Pelestarian tradisi Indonesia itu tidak harus seluruhnya mengarah ke model konvensional, melainkan dapat dikemas sehingga lebih mudah diperkenalkan ke generasi muda dan masyarakat dunia melalui pendekatan interkultural itu. Shidarta memberi contoh konkret tari kecak yang sarat dengan nilai-nilai budaya di Bali. Untuk konsumsi turisme, tarian ini dapat dikemas dengan durasi beberapa menit saja tanpa harus kehilangan kekhasan dan filosofinya. Sementara itu, bagi yang ingin mendalami tari kecak secara utuh, ia dapat datang ke sanggar-sanggar tari yang keberadaannya harus didukung oleh negara.
Sebagai penstudi filsafat hukum, Shidarta juga melihat peran hukum akan sangat signifikan, sekalipun ia mencermati ada gejala reduksi kedaulatan negara. Oleh sebab itu, hukum di masa depan akan lebih banyak mengadopsi kesepakatan-kesepakatan global tanpa lagi peduli apakah datangnya dari tradisi Barat atau Tiimur. Kedua tradisi itu punya kesempatan untuk dijadikan referensi.
Dalam TOR yang diberikan kepada para narasumber, dinyatakan bahwa festival filsafat bertajuk Philofest ID 2021 ini memilih tema “Kini. Nanti. Dulu: Filsafat sebagai Tradisi”. Tujuan dari berlangsungnya kegiatan ini utamanya ialah untuk menyatukan berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan dan filsafat guna mencari kembali pemahaman manusia atas peran filsafat sebagai induk ilmu, yang telah melatarbelakangi kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, keimanan, dan pola-pola hidup manusia. Selain itu melalui tema Kini. Nanti. Dulu: Filsafat sebagai Tradisi, Philofest ID berharap agar filsafat nusantara kembali dimunculkan dalam wawasan filsafat di Indonesia secara umum dan sehingga mampu berkontribusi dalam khazanah kebijaksanaan dunia.
Bagi yang ingin menyimak tayangan video diskusi Philofest pada tanggal 18 November 2021, dapat mengunjungi tautan ini. Tautan yang memuat dialog dari Shidarta ada pada 3:03:24. Sementara itu bagi yang ingin memperoleh slides dari presentasi Shidarta dapat mengunjungi researchgate yang bersangkutan.(***)