People Innovation Excellence

MENGAPA DIBERI NAMA HUMANIORA?



Di Universitas Bina Nusantara terdapat satu fakultas yang diberi nama “humaniora”. Sayangnya, tidak semua pihak menganggap perlu untuk menelusuri bagaimana terminologi humaniora ini dimunculkan, sehingga pada akhirnya diberi nama fakultas humaniora. Di dalam wadah fakultas ini di BINUS, terdapat berbagai jurusan, seperti Hukum Bisnis (Business Law), Hubungan Internasional (International Relations), Psikologi, Sastra Inggris, Sastra China, Sastra Jepang, dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Di beberapa perguruan tinggi, jurusan atau program studi yang lazim ada di fakultas humaniora itu juga masuk ke dalam fakultas ilmu-ilmu sosial. Bahkan, ada yang  bersepakat untuk memberi translasi bahasa Inggris untuk fakultas humaniora itu menjadi faculty of humanities.

Untuk itulah, pada tanggal 18 Februari 2021 digagas suatu pertemuan yang disebut Bincang Nusantara KFC dengan mengambil tema “Faculty of Humanities versus Faculty of Social Science”. Di antara para pembicara, tampak Dr. Frederikus Fios (Character Building BINUS) dan Shidarta (Jurusan Hukum Bisnis BINUS) menyempatkan diri berkontribusi sebagai pembicara. Acara dipandu oleh Dr. Isitani (Jurusan Psikologi BINUS).

Menurut Shidarta, kata “humaniora” tidak dapat diidentikkan dengan “humanities”. Humaniora adalah ilmu yang membuat manusia menjadi lebih manusiawi. Posisi humaniora ini sangat krusial karena menekankan pada dua hal, yakni penalaran dan perhitungan. Saat ini, ilmu yang termasuk kategori humaniora itu lebih digolongkan sebagai ilmu teoretis yang formal. Dalam suasana abad pertengahan dan masuk ke awal zaman modern, ilmu-ilmu demikian masih diberi sebutan sebagai ilmu-ilmu liberal. Kelompok ilmu-ilmu liberal ini tentu tidak sama dengan ilmu-ilmu kemanusiaan (humanities).

Shidarta mencatat bahwa lembaga-lembaga pendidikan tinggi di berbagai belahan dunia, tidak mempunyai kesepakatan tentang apa itu humaniora dan perbedaannya dengan humanities. Anggapan yang keliru bahkan lebih jauh lagi, yakni dengan memasukkan di dalam humaniora itu ilmu-ilmu sosial. Padahal, kehadiran ilmu-ilmu sosial sebagai sebuah disiplin ilmu jauh lebih belakangan daripada ilmu-ilmu humaniora itu. Ia juga melihat ada kencenderungan penamaan humaniora di beberapa perguruan tinggi sebagai residu atau tampungan sisa bagi keilmuan program studi yang sementara belum dimasukkan ke fakultas-fakultas tertentu. (***)


Published at : Updated
Leave Your Footprint

    Periksa Browser Anda

    Check Your Browser

    Situs ini tidak lagi mendukung penggunaan browser dengan teknologi tertinggal.

    Apabila Anda melihat pesan ini, berarti Anda masih menggunakan browser Internet Explorer seri 8 / 7 / 6 / ...

    Sebagai informasi, browser yang anda gunakan ini tidaklah aman dan tidak dapat menampilkan teknologi CSS terakhir yang dapat membuat sebuah situs tampil lebih baik. Bahkan Microsoft sebagai pembuatnya, telah merekomendasikan agar menggunakan browser yang lebih modern.

    Untuk tampilan yang lebih baik, gunakan salah satu browser berikut. Download dan Install, seluruhnya gratis untuk digunakan.

    We're Moving Forward.

    This Site Is No Longer Supporting Out-of Date Browser.

    If you are viewing this message, it means that you are currently using Internet Explorer 8 / 7 / 6 / below to access this site. FYI, it is unsafe and unable to render the latest CSS improvements. Even Microsoft, its creator, wants you to install more modern browser.

    Best viewed with one of these browser instead. It is totally free.

    1. Google Chrome
    2. Mozilla Firefox
    3. Opera
    4. Internet Explorer 9
    Close