PANJAT SOSIAL (SOCIAL CLIMBER) DI MEDIA SOSIAL, BAGAIMANA SEHARUSNYA?
Oleh Agus Riyanto
Kosa kata dalam bahasa Indonesia bertambah banyak dengan banyaknya warganet yang menggunakan kosa kata baru dalam bersosial media[i]. Pansos (panjat sosial) adalah kosa kata yang telah memantik keriunrendahan dalam alur lalu lintas komunikasi. Pansos itu sendiri diterjemahkan sebagai usaha yang dilakukan untuk mencitrakan dirinya sebagai orang yang mempunyai status sosial tinggi. Untuk itu, maka pelaku pansos akan selalu berusaha melakukan berbagai cara dengan mengunggah foto, tulisan, dan sebagainya di media sosial. Berdasarkan penjelasan ini dapat ditarik intisari pansos itu terletak pada upaya manusia untuk dapat dikenal oleh banyak pihak atau publik tentang personalisasinya. Melalui publikasinya, yang dapat dilakukan secara terencana, masif dan juga terkadang bombastis, diharapkanlah pelaku pansos akan mendapat panggung dan tempat peliputan media cetak dan elektronik plus dengan jepretan camera dari pewarta atau jurnalis yang meliputnya. Keseluruhan aktivitas publikasi melalui medium intenet dibuka sebuah titik pengharapan bahwa citra positif tentang dirinya menjadi bertambah dikenal masyarakat luas. Dengan ini dapat diterjemahkan bahwa pansos itu sama dengan usahanya manusia untuk membranding (dengan komunikasi untuk dapat memperkuat dan membesarkan namanya) personalitasnya, sehingga brand tentang diri pribadinya menjadi positif, yang mana pada titik akhirnya memberi efek ekonomikal. Meskipun dalam beberapa kejadian pansos berkecederungan mengarah konotasi jatuh ke negatif[ii].
Pansos itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari kehendak mencitrakan dirinya sendiri di dalam relasi dengan sosialnya. Di dalam terminologi lain sepadan dengan istilah politik pencitraan yang dibuat untuk menggambarkan seseorang, pejabat, partai, ormas, dan lain-lain tentang baik atau buruknya. Dengan cara demikian dapat dihasilkan citra yang positif yaitu mengangkat elektibilitas diri dan golongannya, sementara pencitraan yang negatif untuk menjatuhkan musuh/lawannya. Dari dua kemungkinan itu, maka pansos dapat juga mengarah kepada dua sisi kemungkinan yaitu positif pribadi apabila dilalui melalui serangkaian jalan positif. Namun, pansos menjadi dipertanyakan dan terkadang menghasilkan serangkaian kecaman (di-bully) dan kritik netizen apabila hal itu dilalui melalui tata cara yang negatif dan tidak masuk akal. Keadaan bertambah memburuk jika argumentasi dalam berpansosrianya dikemukakan dengan melawan arus beras pikiran publik yang menilainya. Termasuk juga apabila kredibilitas pribadi yang mengemukakan pansos tidak dapat dipertanggung-jawabkan. Hal itu terlihat dengan pendapat pesohor di dunia hiburan telah menjadi buah kontroversi di dunia maya bahwa pergi dan terbang ke Amerika Serikat membutuhkan waktu 8 jam[iii]. Tidak hanya itu terdapat berbagai cara pansos dilakukan[iv] yang perilakunya berkonotasi negatif, karena pelaku pansos memiliki sifat suka dan senang pamer (narsis) demi mendapatkan perhatian sosial. Namun yang mereka pamerkan pada umumnya tentang gaya hidupnya yang hedonis dan glamornya dengan menggunakan barang-barang bermerek yang mahal, meski dalam kenyataannya sebagian dari mereka itu, sesungguhnya, tidak benar-benar mampu untuk membelinya. Artinya yang mereka itu bergaya dan berpenampilan tidak sama dengan kemampuan ekonomi yang dimilikinya, tetapi di dunia luar yang terpotret adalah kesan yang terlihat bergelimang kekayaan. Singkatnya, bergaya atau bersosialita tidak sesuai kenyataan dan realitas di dalam kehidupannya. Jadi kontradiksi antara realitas dengan kenyataan hidup yang sesungguhnya.
Beranjak dari realitas bahwa pansos itu mengandung dua titik pandang, sehingga yang terpenting adalah bagaimana meraih pencitraan yang positif dengan tujuan untuk dapat menekan pencitraan negatif dengan cara-cara yang baik, benar, terukur dan masuk akal sebagai jalan keluar meraihnya dalam berpansos. Hal ini dipandang penting untuk dapat menekan stigma negatif pansos dimana konotasi itu telah ada dan tidak mudah untuk menghilangkannya. Kemungkinan pansos itu lebih besar potensinya negatifnya, karena media internet telah membuka jalan dengan sejuta informasi bagaikan air bah yang telah membahana, mengeluarkan dan membahasahi seluruh media sosial ini. Kekhawatiran ini dapat dicarikan jalan keluarnya untuk menekan dan mengurangi sisi negatif pansos, terutama dalam kejanggalan beragumentasi dan bernalar, itu sendiri. Pilihan jalan keluar dengan menggunakan konsep Hermawan Kartajaya (pakar Marketing dari Marks Plus) yang semenjak tahun 2004 telah menggagas konsep yang dikenal dengan PDB. PDB itu kepanjangan positioning, diferensiasi dan branding. Pertama, positioning itu berarti bagaimana anda mampu secara tepat memposisikan diri anda di benak pelanggan atau target pasar. Kedua, differensiasi yaitu bagaimanakah anda menopang positioning yang tepat tersebut yang kokoh. Ketiga, bagaimana anda membangun ekuitas merek diri anda secara berkelanjutan[v]. Ketiganya adalah satu rangkaian bersama kegiatan yang saling berhubungan sehingga tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
Konsep PDB Hermawan Kartajaya dapat dijadikan pilihan alternatif menuju berpansos yang baik, terukur dan masuk nalar, serta akan dapat mengurangi pansos yang negatif di dalam bermedia sosial. Konsep dasar PDB tetap digunakan, tetapi penjabaran pemikiran dan penjelasannya akan berbeda sesuai dengan masalahnya pansos itu sendiri. Pertama, pelaku pansos, sudah waktunya, memiliki positioning yang jelas dalam rangka untuk mempromosikan dirinya. Hal ini penting untuk dapat diketahui oleh publik dimanakah sesungguhnya posisi pelaku pansos tersebut berada. Kejelasan posisi ini berkaitan erat dengan profesi yang menjadi aktivitas dan professionalitas dalam bidangnya. Dengan diketahui posisi itu maka publik akan mengetahui kewenangan dan kapasitas sesungguhnya dari pelaku pansos dan hal tersebut dapat menjadikan nilai obyektivitas penilaiannya. Dalam penilaian oleh publik itu menjadi terlihat dua sisinya, yaitu keahlian karena menguasai bidangnya dan melalui penguasaan bidang tersebut kompetensi atau keahlian yang dikuasai menjadi dapat terukur. Melalui titik ini sebagai dasarnya, maka apabila pelaku berpansosria melalui komunikasinya akan sesuai dengan bidangnya dan penilaian publik tidak diragukan lagi terhadapnya. Kedua, dalam hal ini pelaku pansos, seharusnya, memiliki keunikan yang membedakannya dengan pelaku pansos lainnya dalam bidang yang menjadi keahliannya, sehingga masyarakat menjadi mudah melakukan identifikasi dan karekteristik dengan yang lainnya. Dengan memiliki nilai pembeda di dalam menjalani profesinya, maka hal ini akan menopang positioning yang selama hidup yang telah lama dirintisnya. Aspek nilai lebihnya adalah pelaku pansos dapat diterima oleh publik karena yang bersangkutan memang ahli dalam bidangnya, sehingga pemikirannya, dengan menggunakan media sosial, tidak perlu diragukan lagi kredibilitasnya. Ketiga, tahapan ini konsekuensi logis yang merupakan kelanjutan positioning dan differensiasi. Hal ini karena dua kekuatan tersebut, dengan tetap selalu menjaga reputasi, maka imajinasi publik yang membacanya dan melihatnya akan menggunakan nilai-nilai reputasi yang telah dibangunnya. Dibangun keduanya itu tidak sebentar dan akan memakan waktu yang lama bahkan bertahun-tahun, sehingga dibutuhkan konsistensi dan kesungguhan menjalaninya. Artinya, brand atau image tentang personalitas pansos itu tidak mungkin mendadak atau tiba-tiba terkenal tanpa ada prestasi dan reputasi baik dan yang dapat membanggakan terlebih dahulu. Maksudnya ada kelanjutan di dalam membangun brand tentang dirinya sendiri itu yang semula dari bawah hingga ke tingkat yang lebih dengan disertai pembuktian kemampuan dan hasilnya ada serta telah diakui banyak pihak.
Ketiga rangkaian PDB ini adalah merupakan usaha dengan berdasarkan kepada strategi ilmu marketing sebagai basis dasarnya. Menggunakan pendekatan keilmuan marketing karena pansos itu adalah juga terdapat aspek bagaimana pribadi-pribadi pansos berusaha mempengaruhi dengan medium di media sosial sebagai perantaraannya. Keseluruhan itu adalah rangkaian menjual dirinya yang sama saja dengan mempromosikan produk-produk (mengkomunikasikan) yang berharap dapat dibeli oleh konsumen secara terus menerus dan tetap, sehingga brand yang telah dan akan ada menjadi dikenal luas oleh masyarakat. Konstruksi demikian ini sama halnya dengan pansos yang saat ini menjadi perdebatan di kalangan netizen. Proses pansos yang terjadi dengan cara berbohong dan tidak benar dapat berakibat kepada tumbuh suburnya berita bohong (hoax) dan mudah terjadi konflik, serta sangat terbuka dan mudahnya pihak yang telah dirugikan mengadu kepada kepolisian dengan dalih terjadi pencemaran nama baik dan sebagainya. Dengan berdasarkan pertimbangan kemungkinan hal-hal negatif yang tidak seharusnya terjadi di kalangan masyarakat, karena pelaku pansos yang banyaklah pencari perhatian (attention seeker) dengan kecenderungan menggunakan cara-cara yang tidak jujur dan dengan daya hayal (halusinasi), maka konsep PDB adalah jawaban pelaku pansos dalam usaha untuk membangun pencitraan pribadinya masing-masing dengan penuh tanggung-jawab dalam mengkomunikasikan informasi di media sosial. Dengan ini, sudah seharusnya pelaku pansos dapat mengadopsi konsep PDB sebagai bagian integral dalam berkomunikasi di dalam jumlah banyak dan masal. Melalui konsep yang jelas dari segi keilmuan, maka dalam berkomunikasi dengan tujuan untuk mempengaruhi masyarakat yang hadir dan dikomunikasikan adalah informasi yang sesuai dengan realitas dan fakta-fakta dengan mengikat kejujuran, kebenaran dan jauh dari kebohongan sebagai prinsip dasar di dalam upaya membangun citra personalitasnya di media sosial yang beragam dan heterogen itu. Semoga (***).
[i] https://www.kompas.com/tren/read/2019/12/10/060500865/istilah-kekinian-masuk-kbbi-dari-pansos-mager-maksi-hingga-julid?page=all
[ii] https://lifestyle.okezone.com/read/2019/11/24/612/2133737/5-artis-ini-dituding-netizen-tenar-karena-pansos?page=1
[iii] https://www.liputan6.com/showbiz/read/4079860/penjelasan-kumalasari-soal-terbang-ke-amerika-cuma-8-jam
[iv] https://makassar.tribunnews.com/2019/05/03/tribunwiki-lagi-viral-dan-jadi-perbincangan-apa-itu-pansos-berikut-ciri-ciri-dan-contoh-kasusnya?page=2
[v] Hermawan Kartajaya, Marketing Yourself : Kiat Sukses Meniti Karir dan Bisnis, Mark Plus, Jakarta, 2004, hal 7-9.
Published at :