People Innovation Excellence

PENGGUNA MEDIA SOSIAL, MENGAPA DAN SEHARUSNYA BAGAIMANA?  

Oleh AGUS RIYANTO (Juni 2019)

Memotret perkembangan media sosial saat ini sulit dipahami dan dimengerti yang terjadi. Pengguna media sosial dalam menggunakan sosial medianya terdapatlah beberapa yang tidak  berkomunikasi dengan tujuan seharusnya (menyampaikan informasi dengan tujuan untuk kebaikan), tetapi membangun informasi untuk memaki dan mencederai dengan kebencian karena berbeda pilihan yang tidak disukainya dengan balutan informasi yang belum jelas kebenarannya (hoax). Kesemua yang telah tersiarkan dalam media cetak dan elektronik memberitakan betapa mudahnya pengguna media sosial mulai dari strata sosial dan pendidikan yang terendah hingga ke tertinggi (S3) menuangkan ketidaksetujuannya dengan diksi menghujat dan menyakitkan hati yang membacanya. Setelah itu masalahnya menjadi berkepanjangan dan mau tidak mau harus mempertanggung-jawabakan segala perbuatannya itu. Rentetan selanjutnya tumbuh pertanyaan mengapa dan atas dasarnya apakah yang telah menjadikan pengguna media sosial itu hingga berani mengambil rIsiko besar dalam menuangkan ketidaksukaannya dalam lembaran yang akan selalu tercatat di era digital ini?

Dalam catatan yang kesemuanya terjadi jauhlah sebelum tahun ini, tetapi telah dilakukan pengguna media sosial ini beberapa tahun yang lalu itu. Namun, tidak pernah belajar dan mengerti bahwa teknologi internet tidak selalulah manis dan seindah instagram dalam ide-ide penulisan atau video.  Semua yang ditulis direkam dan disimpan, serta dapat dipanggil kembali untuk menjadi bukti-bukti normatif yang dapat dipermasalahkan apabila ternyata melanggar ketentuan hukum yang telah diaturnya. Di dunia maya bukanlah ruang hampa yang tidak bertuan, tetapi internet yang terkesan berada di ruang udara sana itu hukum tetaplah dapat menjangkaunya dan mempermasalahkan apabila ada pihak yang merasa dirugikan atas apa-apa yang diungkapkan dalam bentuk teks atau gambar oleh pengguna media sosial. Besar dugaan bahwa yang ditulis di dalam teks itu bak berbicara lisan yang tidak berbukti, tetapi hal itu malahan sebaliknya. Melalui semua yang ditulis atau video pengguna media sosial dapat menjadi alat bukti yang menjeratnya. Kesadaran inilah yang belum terbangun pengguna media sosial dalam lalu lintas derasnya informasi yang bak tumpahan air informasi yang akan dapat menutupi kehidupan yang sesungguhnya terjadi. Sadarilah bahwa yang telah dituangkannya dapat membawa konsekuensi buruk pengguna apabila jelas ada dan terbukti membuat pihak yang terkena pukulan kata-kata itu telah melukai dan merugikannya.

Menelusuri semua yang telah terjadi dan menjadi berita nasional dengan pengguna media sosial yang bermasalah ini bermula ketidaksukannya kepada calon presiden tertentu. Rasa tidak suka itu akhirnya berujung kepada kebencian yang dalam dan tidak pernah berpikir panjang. Berpikir sepihak menyukai begitu kuat dengan membenci yang tidak disukainya  telah menjadikan subyektivitas berlebih dengan energi terkuras, sehingga tanpa disadari, menumpahkannya dalam media sosial berangkatnya dari amarah yang ada. Sebuah awal yang tidak seharusnya dilakukan oleh pengguna media sosial. Kemarahan yang tidak ada filterisasi dan kematangan hati dalam mengungkapkannya di media sosial menyebabkan membiaskan informasi yang diungkapkannya. Mengklik dengan kondisi demikian, maka reaksi yang tidak setuju atau keberatan informasi tersebut dapat berujung dilaporkannya kepada pihak yang berwajib dengan data-data yang terbentang dan terlihat di internet sebagai bukti awal bahwa ada pihak yang merasa dirugikan. Setelah itu, Kepolisian akan mengambil tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku berupa tindakan memproses secara normatif dan tidak tertutup juga untuk menahannya. Drama itu akan diikuti pula dengan permintaan maaf dengan berbagai dalih sebagai upaya pembelaan. Maaf mungkin saja dapat dilakukan secara relasi personal, tetapi tidak untuk hukum yang dilanggarnya seperti : KUHAP dan UU ITE No. 11 Tahun 2008, khususnya perbuatan yang dilarang yang telah mengatur beberapa larangan untuk dilakukan pengguna media sosial.

Dengan berpegang kepada realitas diatas, maka yang terjadi selama ini bermula kebencian  berlebihan ditambahkan dengan ketidaktahuaan pagar-pagar hukum yang ada dilupakan atau terlupakan. Sudah seharusnya dipahami bersama para pengguna media sosial bahwa internet itu bukanlah domain hampa tanpa aturan. Sadarilah hal ini semua sebagai titik awal di dalam berkehendaknya bersosial media secara sehat. Kesadaran yang baik dalam berkomunikasi melalui jalur internet inipun adalah lebih dapat menjaga dari keterpurukan atau bermasalah dengan hukum apabila menggunakan etika berinternet. Etika tidak hanya dibutuhkan di dunia nyata kehidupannnya manusia, tetapi beretika di dunia maya harus dimilikinya pengguna media sosial. Dengan etika internet, maka akan dapat mengurangi kesalahan-kesalahan di dalam menyampaikan pendapat, ungkapan, kekesalan, complaint terhadap pihak yang tidak disukainya. Sampaikanlah informasi dengan pilihan kata-kata yang berkonotasi baik dan tidak dengan hal-hal yang telah dilarang dalam peraturan yang ada dan berlaku. Dibutuhkan juga pengguna media sosial untuk berlititerasi digital yang berupa perlunya sikap dan kemampuan individu di dalam menggunakan teknologi untuk dapat mengakses, mengelola, mengintegrasikan dan mengevaluasi informasi tersebut, membangun pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi dengan pihak lain supaya dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat, serta tidaklah merugikan pihak lain yang menerima informasinya. Hal ini semua dibutuhkan untuk menghindari kebahagian semu di dalam berkomunikasi dan dapat berdampak buruk bagi yang menerima informasi yang tidak selalu membuat bahagia (bahkan kecewa dan marah karenanya) orang atau institusi lain karena keteledoran pengguna media sosial itu sendiri. Media sosial terkadang menjadi media komunikasi yang tidak aman apabila salah menggunakannya. Untuk itu,  bersikaplah dewasa dan bijaksanalah mempergunakannya. Jangan sebaliknya! (***)


 

 

 


Published at :
Leave Your Footprint

    Periksa Browser Anda

    Check Your Browser

    Situs ini tidak lagi mendukung penggunaan browser dengan teknologi tertinggal.

    Apabila Anda melihat pesan ini, berarti Anda masih menggunakan browser Internet Explorer seri 8 / 7 / 6 / ...

    Sebagai informasi, browser yang anda gunakan ini tidaklah aman dan tidak dapat menampilkan teknologi CSS terakhir yang dapat membuat sebuah situs tampil lebih baik. Bahkan Microsoft sebagai pembuatnya, telah merekomendasikan agar menggunakan browser yang lebih modern.

    Untuk tampilan yang lebih baik, gunakan salah satu browser berikut. Download dan Install, seluruhnya gratis untuk digunakan.

    We're Moving Forward.

    This Site Is No Longer Supporting Out-of Date Browser.

    If you are viewing this message, it means that you are currently using Internet Explorer 8 / 7 / 6 / below to access this site. FYI, it is unsafe and unable to render the latest CSS improvements. Even Microsoft, its creator, wants you to install more modern browser.

    Best viewed with one of these browser instead. It is totally free.

    1. Google Chrome
    2. Mozilla Firefox
    3. Opera
    4. Internet Explorer 9
    Close