TANTANGAN PENDIDIKAN ERA INDUSTRI 4.0
Pada tanggal 21 Januari 2019, Prof. Ismunandar Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Kemenristekdikti, hadir di Kampus Anggrek, BINUS University, memberikan paparan tentang tantangan perubahan proses pendidikan tinggi menyongsong Revolusi Industri 4.0.
Beliau menekankan pentingnya teknologi informasi dan komunikasi yang terus mempengaruhi sistem pendidikan sekaligus mekanisme ketenagakerjaan di seluruh dunia. Ia menyinggung makin menguatnya kecenderungan non-traditional students, yang berarti menuntut perguruan tinggi untuk menyesuaikan diri, misalnya transformasi ke sistem pembelajaran daring (online) dan distance learning programs. Sekalipun Indonesia belum masuk ke dalam kelompok negara-negara terbesar yang sudah memanfaatkan program-program demikian, potret tersebut sudah seharusnya diantisipasi.
Indonesia dikatakannya, dewasa ini masih menghadapi permasalahan klasik, seperti persentase populasi yang mengenyam pendidikan tinggi yang baru sekitar 32%, padahal pengguna teknologi informasi dan komunikasi sangat besar. Sekalipun biaya kuliah di berbagai perguruan tinggi Indonesia pada umumnya terbilang “tidak mahal”, kesempatan bagi masyarakat untuk menempuh pendidikan formal di perguruan tinggi belum menggembirakan. Oleh sebab itu, pembelajaran daring merupakan jalan keluar. Kecenderungan pembelajaran daring ini juga sudah harus diakomodasikan ke dalam pembelajaran di kelas-kelas dewasa ini. Pembelajaran daring ini bisa jauh lebih efisien dan efektif. Prof. Ismunandar mengapresiasi BINUS University yang termasuk terdepan dalam penyelenggaraan model pembelajaraan daring demikian, di samping Universitas Terbuka. Itulah sebabnya, BINUS University diundang secara khurus untuk membagi pengalamanannya saat rapat kerja Kemenristekdikti pada awal tahun 2019 di Semarang.
Kurikulum pembelajaran di era Revoluasi 4.0 menjawab beberapa tantangan, seperti literasi teknologi, general education, dan belajar sepanjang hayat. Beliau menitipkan beberapa materi yang bisa dimasukkan ke dalam kurikulum maupun di luar kurikulum, seperti pendidikan bela negara, antikorupsi, dan mitigasi bencana. Sangat penting juga bagi universitas sekarang mendorong mahasiswa memperoleh ijazah mikro, berupa sertifikat-sertifikat profesional. Dirjen Belmawa menyatakan, BINUS University boleh saja membuka sebagian kuliah-kuliahnya untuk umum (termasuk bekerja sama dengan perguruan tinggi lain), tetapi di samping itu menawarkan kursus-kursus profesional yang berbayar. Sistem pembelajaran menjadi lebih bervariasi, tidak harus full-online, tetapi bisa kombinasi antar-berbagai metode.
Di Jurusan Hukum Bisnis (Business Law) BINUS University sendiri secara bertahap sudah mengarah ke arah apa yang dibahas oleh Dirjen Belmawa. Dosen-dosennya sudah banyak mengunggah kuliah-kuliahnya agar dapat diakses oleh semua kalangan. Kuliah dengan sistem pembelajaran daring pun sudah dilakukan. (***)
Published at :