TANTANGAN DE MINIMIS BAGI CHINA DI ISU PERTANIAN
Oleh REZA ZAKI (Desember 2018)
Angka subsidi atau dukungan yang diberikan oleh pemerintah terhadap sektor pertanian di China telah meningkat sangat pesat dalam satu dekade terakhir. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada tahun 2006 berbagai bentuk subsidi mulai dikenalkan disertai dengan penghapusan pajak pertanian. Data OECD menunjukan bahwa pada tahun 2006 PSE China mencapai $50 milyar. Pada tahun-tahun berikutnya angka ini terus nak hingga mencapai $205,79 milyar pada tahun 2014 atau naik 411% yang sebagian besarnya digunakan untuk subsidi input secara umum seperti pupuk dan benih.
Untuk AMS atau perhitungan subsidi pertanian dengan metode WTO tidak ada data resmi yang dipublikasikan oleh WTO ataupun pemerintahan negara tersebut untuk periode tahun 2014 atau 2015. Sesuai dengan notifikasi terakhir yang diberikan oleh China pada tahun 2015 untuk notifikasi domestic support tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2010 total AMS China adalah sebesar $97,3 milyar dimana yang masuk dalam kategori amber box sebesar $18,1 milyar untuk komoditi gandum, beras, jagung, kedelai, kapas, rapeseed, kentang, dan daging babi.
Akan tetapi, ada beberapa kajian yang mencoba menghitung berapa AMS dari China untuk tahun 2015. Pertama, Brink dan Orden (2017) menghitung bahwa AMS yang sesuai dengan level de minimis sebesar 8,5% untuk China sesuai dengan kesepakatan perjanjian dengan WTO adalah $19 milyar untuk tiga komiditi yaitu jagung, beras, dan gandum pada tahun 2015. Akan tetapi, perhitungan yang dilakukan dalam kajian tersebut mengatakan bahwa Market Price Support atau MPS China untuk ketiga komoditas tersebut pada tahun 2015 ternyata sebesar $86,4 milyar sehingga China terindikasi melanggar ketentuan dari perjanjian WTO.[1]
Kajian kedua dilakukan oleh DTB Associate LLP untuk 3 komitidi yang sama yaitu jagung, beras, dan gandum dan update hingga November 2014. Estimasi AMS dalam kajian ini menggunakan rentang angka tertentu hal ini dikarenakan mereka menggunakan dua referensi harga yang berbeda, yaitu harga eksternal yang disampaikan oleh China kepada WTO yang mereka yakini terkena dampak inflasi dan refernsi harga alternatif yang mereka kembangkan sendiri sesuai dengan harga eksternal pada data Global Trade Atlas dengan basis periode 1996-1998. Hasilnya, AMS untuk jagung adalah $20,6 – $24,6 miliar dengan de minimis level sebesar $6,7 milyar sehingga terhitung melewati de minimis nya. Untuk gandum, AMS nya sebesar $15,5 -18,4 milyar dengan de minimis level sebesar $4,3 milyar sehingga China kembali terhitung melewati level de minimis nya untuk gandum. Selanjutnya, untuk beras AMS nya adalah sebesar $12,4-$37 milyar dengan de minimis level sebesar $8,2 milyar sehingga untuk beras China juga melewati batas level de minimis nya.
Kedua kajian tersebut menunjukan hasil yang sama bahwa China telah melanggar poin-poin kesepakatan terkait dengan besaran jumlah subsidi atau dukungan terhadap sektor pertanian yang dapat mempengaruhi atau mendistorsi harga pasar menurut WTO, sehingga China dan India dalam beberapa kesempatan dengan sering menyuarakan agar mennegosiasikan ulang kesepakatan terkait AMS dan de minimis level untuk AMS tersebut sebesar 38,65%.(***)
REFERENSI:
[1] Lars Brink, David Orden. The United States WTO Complaint on China’s Agricultural Domestic Support, (Selected paper for International Agricultural Trade Research Consortium’s 2016, 2017). hlm 14.
Published at :