STRATEGI PERTANIAN BRAZIL MENCAPAI KETAHANAN PANGAN
Pada awal tahun 2000an hingga tahun 2008, Brazil memang menjaga bahwa bantuan terhadap sektor pertanian mereka tidak terlalu besar. Hal ini terbukti dari data PSE yang dikeluarkan OECD, yang menyatakan bahwa pada periode tersebut PSE Brazil selalu berada dibawah $6 milyar per tahun. Akan tetapi, pada tahun 2009 hingga 2012 Brazil meningkatkan bantuannya terhadap sektor pertaniannya. Pada periode tersebut, Brazil memang kuat sekali untuk menyokong pertaniannya. Ada 3 sisi yang dilihat oleh Brazil yaitu produksi, konsumsi, dan perdagangan. Untuk produksi, Brazil memberikan bantuan berupa kredit pedesaan, bantuan pemasaran, dan manajemen risiko petani. Bantuan untuk menguatkan sisi konsumsi berupa transfer langsung kepada petani dan program peningkatan gizi. Sedangkan untuk perdagangan, Brazil aktif mendorong terbukanya perdagangan bebas dengan menguatkan ekspor mereka.
Brazil kemudian kembali mengurangi bantuan mereka terhadap sektor pertaniannya setelah tahun 2012, saat itu perekonomian Brazil memang sedang dihantam masalah dengan jatuhnya harga-harga komoditas di pasar dunia. Hingga pada tahun 2016 PSE Brazil sebesar $7,362 miliar setelah sebelumnya sempat hanya $3,75 miliar pada tahun 2015.
Selanjutnya, sesuai dengan notifikasi Brazil kepada WTO pada tahun pemasaran 2014-2015 besaran domestic support Brazil pada periode tersebut adalah sebesar $4,84 miliar. Untuk bagian yang terhitung masuk kedalam amber box nya sendiri adalah sebesar $1,90 miliar. Untuk rincian bagian yang termasuk ke dalam amber box tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. AMS Brazil untuk Produk Tertentu
Komoditi | AMS untuk komoditi spesifik (juta) |
Coklat | $1,7 |
Kopi | $21623,8 |
Kapas | $62176,8 |
Kacang-kacangan yang dapat dimakan | $3850,9 |
Jagung | $68125 |
Jeruk | $13446,5 |
Tebu | $8168 |
Non Produk AMS | $1724558,8 |
Semua komoditas tersebut masih berada dalam level de minimis yang disepakati. Data tersebut juga menggambarkan bahwa bentuk bantuan yang paling banyak diberikan oleh Brazil bukanlah dalam bentuk dukungan harga secara langsung terhadap komoditi-komoditi tertentu. Akan tetapi, Brazil banyak memberikan bantuan dalam bentuk ansuransi dan kredit pemasaran non produk.
Kajian dari DTB Associate LLP (update November 2014) juga menunjukan bahwa dari 3 komiditi yang mereka kaji yaitu jagung, beras, dan gandum hanya jagung yang tidak melewati ambang batas de minimis nya sebesar 11%. Perbedaan hasil dari apa yang terdapat dalam notifikasi WTO dengan kajian dari DTB Associate LLP ini disebabkan adanya perbedaan menggunakan data referensi harga yang digunakan. Akan tetapi, jika kita menarik garis waktu lebih kebelakang lagi maka memang selalu konsisten untuk menjaga agar AMS mereka tidak melewati batas de minimis, hal ini dikarenakan sesuai dengan semangat Brazil yang aktif untuk terus mendorong keterbukaan dalam perdagangan dunia.
Published at :