MEMBACA KERJASAMA EKONOMI INDONESIA-INDIA
Oleh REZA ZAKI (Desember 2016)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri India Narendra Modim melakukan pertemuan bilateral di Hyderabad House, New Delhi, Senin (12/12/2016). Adapun kunjungan kenegaraan tersebut merupakan kunjungan balasan. Sebelumnya Perdana Menteri india telah berkunjung ke Indonesia pada Oktober 2013 dan Presiden Iran berkunjung ke Indonesia pada April 2015. Kunjungan kenegaraan ini dipandang penting mengingat India dan Iran adalah dua negara yang memiliki potensi kerjasama yang sangat besar. India adalah mitra dagang Indonesia terbesar dari Asia Selatan dan sekaligus merupakan mitra terbesar ke-4 di dunia.
Angka perdagangan Indonesia dengan India naik empat kali lipat dari US$ 4,3 miliar pada 2005-2006 menjadi US$ 15,9 miliar pada 2015-2016 (Bisnis Indonesia, 2016). Pada kunjungan kali ini, Presiden Jokowi menjajaki lebih jauh diversifikasi ekspor Indonesia ke India. Presiden Jokowi juga akan membahas upaya peningkatan kerjasama investasi untuk industri bahan baku obat-obatan, tekhnologi informasi, dan automotif. Indonesia dan India juga menyepakati rencana investasi pendirian pabrik bahan baku obat senilai US$ 135 juta dalam dua tahap.
Presiden juga melakukan pertemuan dengan sejumlah CEO perusahaan India dan menghadiri acara ramah tamah dan santap siang dengan Staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) New Delhi dan masyarakat Indoneisa di KBRI New Delhi sebelum bertolak ke Taheran, Iran. Pertemuan kedua Negara ini disinyalir sebagai upaya membangun poros kekuatan ekonomi Asia. Setelah Presiden Jokowi juga melempar wacana untuk mengkonversi rupiah tidak lagi dengan dollar Amerika Serikat, namun beralih ke Yuan Reminbi China mengindikasikan keseriusan Indonesia untuk bisa membangun mitra dagang dengan Negara-negara adikuasa di Asia. Pengusaha Indonesia dan India bersepakat mendongkrak investasi antara kedua Negara menjadi US$ 50 miliar pada 2025. Delegasi Kadin yang ikut serta dalam CEO Forum tersebut adalah perwakilan dari Recapital, Sintesa Group, Lippo Group, Bosowa Group, Medco Energy, Garuda Food, Kalbe Pharma, Mayora Indah, Pan Brothers, Sinar Mas Group, Kibif, Bakrie Global, Tusk Advisory, Jebsen & Jessen Indonesia Group, Mersifarma, dan Universal Group.
China dan India adalah dua negara Asia yang kini paling memiliki prospek ekonomi terbaik. Kedua negara ini juga ditopang oleh jumlah populasi penduduk yang sangat besar. Alhasil, Indonesia juga memasang target untuk dapat menguasai pasar mereka. Maka tak dapat dipungkiri jika kekuatan ekonomi China, India, dan Indonesia digabungkan dengan jumlah populasi yang hampir menguasai separuh dunia ini dapat memanen hasil menggiurkan dalam perkembangan investasi bilateral di masa depan. (***)
Published at :