DESAPRENEUR: MEMBANGUN DESA=MEMBANGUN INDONESIA
Pembangunan ke depan tidak lagi hanya diarahkan ke perkotaan. Sebaliknya, desa menjadi fokus pembangunan di masa yang akan datang. Karena desa adalah harapan sekaligus impian untuk dapat menopang perekonomian suatu daerah. Apalagi untuk sebuah kabupaten seperti Kabupaten Sumedang yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 276 desa dan tujuh kelurahan. Topik ini menjadi bahan diskusi menarik dalam diskusi publik dan bedah buku bertajuk ‘DesaPreneur’ yang berlangsung di Chophoto Pujasera Sawopolo Sumedang, tanggal 8 Desember 2016.
Ikut tampil sebagai pembicara dalam diskusi ini adalah Ketua Rumah Imperium yang juga merupakan dosen Jurusan Hukum Bisnis (Business Law) BINUS, Reza Zaki. Dalam kesempatan itu, ia sempat mengutip kata-kata Mohammad Hatta, “Indonesia tidak akan bercahaya karena obor besar di Jakarta, Indonesia baru akan bercahaya karena lilin-lilin kecil di desa.” Jadi, sudah saatnya berbagai elemen di kota tahu ini sadar bahwa desa merupakan asset yang sangat berharga untuk pembangunan ke depan.
“Sumedang punya potensi besar untuk berkembang. Selain sumber daya alamnya yang begitu melimpah, yang tak kalah penting adalah sumber daya manusianya. Banyak warga Sumedang yang berprestasi. Di bidang bisnis, seni budaya, olahraga, maupun lainnya,” ungkapnya.
Zaki, begitu dia biasa dipanggil, mengaku sangat tertarik untuk merintis upaya meningkatkan kapasitas manusia di Sumedang. Terbukti sudah lima tahun terakhir ini Rumah Imperium bergerak, menularkan virus-virus kebaikan bagi para siswa Sekolah Negarawan, Gerakan Lingkunganku Menghafal, dan Sekolah Tani. Sudah banyak alumni yang berhasil menorehkan prestasi baik di tingkat lokal maupun nasional. “Selain itu setiap bulan kami juga berkeliling paling tidak ke dua kecamatan untuk melakukan pemeriksaan mata gratis. Banyak yang setelah diperiksa ternyata harus dirujuk ke RS Cicendo Bandung. Kami fasilitasi mereka yang kebanyakan kurang mampu untuk berangkat,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Asosiasi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Kabupaten Sumedang Yayan N.B. Kaelani mengemukakan, sudah saatnya desa memantapkan hati untuk membangun daerahnya. Dengan memanfaatkan Bumdes yang bisa menjadi penggerak roda perekonomian di desa. Ia menyatakan, “Ada satu desa di Klaten yang Bumdesnya bergerak di perikanan darat yang kemudian berkembang hingga punya rumah sakit dan lain-lain. Bahkan saking bingung menyalurkan keuntungan yang mencapai Rp2,5 miliar per bulan, sampai-sampai ada program satu rumah satu mahasiswa. Nah Sumedang seringkali ketinggalan. Karena komitmen yang kurang. Padahal sekarang ada dana desa.”
Menurutnya, banyak hal bisa dilakukan para pengelola Bumdes untuk memutarkan uang sehingga bernilai lebih dan menghasilkan keuntungan. Yang paling sederhana, Yayan mencontohkan, bisa memulai dengan jualan pulsa, jualan gas, alat pernikahan, atau jenis usaha lainnya.
“Untuk itu, kami membuat asosiasi Bumdes. Karena kami ingin merevitalisasi peran Bumdes. Kami akan mengadakan pelatihan, mengajak orang-orang yang bingung usaha untuk berusaha menyesuaikan potensi masing-masing. Bahkan ke depan dengan adanya Bumdes bisa mengalahkan toko modern,” kata Yayan yang juga merupakan admin grup Hanjuang Sumedang.
Sementara itu, Ketua Himpunan Pengusaha Muda (Hipmi) Sumedang Hendra Diatmadja mengemukakan, menumbuhkan minat berwirausaha harus dimulai sejak dini. Tidak bisa tiba-tiba. Harus diasah dengan berbagai tantangan dan rintangan. Dia mengaku, dari 100% jenis usaha yang pernah dirintisnya, hanya sekitar 10% yang berhasil dijalankan hingga bertahan sampai sekarang. “Seringkali orang itu melihat kesuksesannya saja, tapi jarang yang ingin tahu bagaimana seorang pengusaha itu melewati tantangan dan rintangan dalam menjalankan bisnisnya. Kunci sukses itu harus gaul. Aplikasinya banyak bisa dengan masuk ke komunitas, sekalipun organisasinya berseberangan dengan minat kita. Membangun desa di Sumedang pun harus demikian, akan ada banyak rintangan dan tantangan tapi itu harus kita lampaui,” paparnya. (***)