WONDERFUL INDONESIA
Oleh SITI YUNIATRI (Agustus 2016)
Google, melalui layanan aplikasi Geogle Maps dan Geogle Street View, menambah pemetaan lokasi wisata di Indonesia. Mulai Agustus 2016, Geogle menambahkan lokasi wisata menyelam yang terletak di Indonesia Barat dan Timur. Sebanyak 11 lokasi menyelam terbaik di Indonesia ditambahkan melalui sudut pandang 360 derajat dengan menggunakan bantuan alat bernama Cardboard. Dengan layanan tersebut, diharapkan tersedia informasi yang memadai mengenai wisata menyelam di Indonesia dan pada akhirnya mampu menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya, sebagaimana dituangkan dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010–2025 yang digelontorkan Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011.
Tak diragukan lagi bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan andalan bagi banyak negara. Thailand merupakan salah satu contoh negara di kawasan Asia Tenggara yang berhasil menempatkan diri sebagai salah satu tujuan favorit bagi Wisman. Eksotika pantai dikemas cantik dalam dalam suatu paket wisata yang didukung kemudahan transportasi dan akomodasi serta polesan berbagai atraksi. Atau Korea dengan kesuksesan budaya K-Pop berhasil menaikan rating pariwisata Korea. Bagaimana dengan pariwisata Indonesia?
Dengan jumlah pulau sebanyak 13.000 menurut data hasil survey 2010 Kementerian Kelautan dan Perikanan didukung keragaman adat istiadat dan budaya, Indonesia jelas memiliki potensi besar untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan negara. Namun tak sedikit Wisman yang masih mengindentikan Bali sebagai wajah pariwisata Indonesia. Walaupun Raja Ampat, Lombok, Jogjakarta serta beberapa daerah wisata lain juga tak surut dari kunjungan Wisman.
Tak ingin hanya menjadikan Bali sebagai wajah Indonesia, Kementerian Pariwisata menetapkan 10 daerah sebagai daerah wisata unggulan yaitu Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo–Tenger–Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi dan Morotai. Berbagai upaya dilakukan untuk mempersiapkan dan mempersolek daerah wisata unggulan, termasuk intergrasi mata rantai fasilitas pendukung.
Tidak ada yang salah dengan rencana tersebut. Namun, perlu disadari bahwa menjadiikan suatu wilayah sebagai daerah wisata memerlukan perencanaan yang matang dan memperhatikan segala aspek, terutama aspek sosial dan lingkungan. Negara, melalui Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, mengatur bahwa Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip-prinsip antara lain menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya, menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya dan kearifan lokal serta memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup.
Salah satu tool yang dapat menjadi acuan untuk pemenuhan prinsip-prinsip kepariwisataan tersebut adalah Rencana Tata Ruang. Rencana Tata Ruang, sebagaimana didefinisikan dalam Undang-Undang Tata Ruang, merupakan produk dari fase perencanaan tata ruang sebagai salah satu rangkaian dari sistem penataan ruang. Tujuan akhir dari sistem penataan ruang adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Oleh karena itu, Rencana Tata Ruang pada daerah wisata yang matang dengan memperhatikan segala aspek, terutama lingkungan dan sosial, merupakan syarat mutlak, termasuk konsistensi Pemerintah dalam penerapannya.
Tengoklah Bali. Salah satu kendala yang sedang dihadapi Bali adalah krisis dan penurunan kualitas air bersih dimana ditenggarai hal tersebut muncul akibat bisnis pariwisata (www.posbali.id/bali-diambang-krisis-air), selain krisis sampah. Atau mungkin kita dapat menengok Ubud. dapat Beberapa tahun yang lalu, Ubud memiliki ambiance khas yang menjadi pilihan wisatawan yang memilih untuk menikmati Bali tanpa hingar bingar keriaan yang ditawarkan Kuta dan Legian. Pada saat itu, hotel dan penginapan hanya tersebar di beberapa area. Jam operasional restoran dan tempat hiburang pun terbatas. Ketika jam menunjukkan pukul 10 malam, Ubud pun seakan tertidur. Saat ini, ambiance tersebut terasa hilang.
Terkait dengan 10 daerah wisata andalan di atas, perencanaan matang terutama terkait dengan aspek lingkungan merupakan prioritas. Terutama karena daya tarik sebagian besar daerah wisata andalan tersebut adalah keindahan alam bawah laut. Keindahan yang disajikan alam bawah laut tidak sekedar memanjakan mata penikmatnya, namun juga mengandung keanekaragaman hayati (biodiversity) sebagai penjaga ekosistem. Dibutuhkan waktu dan usaha yang tidak sedikit untuk memulihkan kerusakan yang timbul, selain dampak dari kerusakan itu sendiri. Oleh karena itu, pembatasan yang ketat dari Pemerintah, terutama Pemerintah Daerah, sangat diperlukan untuk memastikan kelangsungan (sustainable) dari keanekaragaman hayati tersebut. Pembatasan tidak hanya diberlakukan bagi pelaku usaha pariwisata, salah satunya melalui Rencana Tata Ruang, namun juga serangkaian pembatasan bagi wisatawan ketika berada di daerah wisata. Sebagai contoh pembatasan yang paling sederhana adalah larangan untuk membuang sampah, baik ketika melakukan aktivitas di darat maupun di laut. Atau adanya pembatasan jumlah wisatawan yang akan melakukan aktivitas bawah laut pada saat bersamaan.
Apakah sekiranya pembatasan-pembatasan yang akan diterapkan akan mengurangi minat wisatawan untuk mengunjungi daerah wisata andalan tersebut? Rasanya tidak. Dengan semakin meningkatnya minat wisatwan terhadap Pariwisata Berbasis Lingkungan (Green Tourism), pembatasan dengan tujuan menjaga kelestarian alam justru akan menjadi nilai tambah yang menarik minat. Bahkan mungkin memberikan kesan eksklusif serta memberikan dan pengalaman berbeda. Bhutan merupakan salah satu contoh negara yang menerapkan pembatasan bagi wisatawan. Negara di kawasan Asia Selatan ini menyadari bahwa pariwisata dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan keindahan alamnya. Sejak awal, Pemerintah Bhutan telah melakukan pembatasan-pembatasan bagi wisman tatkala wisman tidak dapat masuk sebagai independent traveler, melainkan harus menggunakan travel agent yang terdaftar resmi di Pemerintah untuk monitor jumlah wisatawan yang masuk ke wilayah negara. Pemerintah Bhutan juga telah mematok harga masuk per orang per malam. Terkesan eksklusif, namun tidak menyurutkan wisman untuk mengunjunginya bahkan semakin menarik minat untuk mengunjunginya. Demikian pula dengan Indonesia, maksud untuk memperkenalkan pariwisata Indonesia, baik di tingkat nasional maupun internasional, seyogianya diimbangi dengan berbagai hal untuk memastikan kelangsungan lingkungan dan sosial masyarakat, sehingga tagline Wonderful Indonesia akan terus terjaga. (***)
Published at :
Leave Your Footprint
-
3835group Maju terus pariwisata Indonesia.