RESEP TAHUN BARU 2016
Oleh REZA ZAKI (Januari 2016)
BUNYI terompet, pesta kembang api, gemuruh di sudut-sudut kota menandakan ekspresi warga dalam menyambut pergantian tahun kali ini. Perayaan tahun baru memang selalu meriah setiap tahun. Bahkan Presiden Joko Widodo ikut merayakan tahun baru 2016 di ujung timur Indonesia yakni di Kabupaten Raja Ampat.
Kegembiraan harus disebarkan secara merata. Agar gairah untuk berjalan bersama secara solid dapat diwujudkan. Bangsa ini sempat dipecah belah oleh peroalan yang cukup padat sepanjang tahun 2015. Presiden Joko Widodo harus putar otak untuk menghadapi sejumlah persoalan hukum, politik, ekonomi, sosial budaya, luar negeri, dll.
Namun, satu per satu persoalan itu diurai dengan tangan dingin Presiden Joko Widodo. Sejumlah kebijakan non-populis diakrobatkan hanya karena satu tujuan yakni berantas mafia hingga ke akar-akarnya. Terlepas dari masih banyaknya komentar rapor merah satu tahun pemerintahan Jokowi-JK, namun Presiden Joko Widodo nampaknya lebih berkiblat pada pendekatan Trickle Down Effect atau efek pemerataan dibandingkan berkiblat pada rumus pertumbuhan ekonomi yang mendewakan datangnya modal asing ke Indonesia.
Di tahun 2016, energi pemerintahan memang akan tetap diuji. Main energy (energi utama) seharusnya diletakan pada konsentrasi ekonomi. Mengapa demikian? Hal ini sesuai dengan masa berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang jatuh pada tanggal 1 Januari 2016. MEA dipastikan akan menguras banyak perhatian dan energi karena disinilah arena gulat ekonomi yang cukup serius di kawasan regional.
Apabila kita menjumpai minimarket-minimarket di lingkungan kita, maka kita akan menemukan banyak sekali produk makanan dan minuman asal Malaysia dan Thailand. Ini artinya, kedua negara tersebut paling tidak sudah cukup siap dalam pertarungan perdagangan barang di MEA. Sementara Singapura akan tetap menjadi primadona perdagangan jasa. Lantas di manakah Indonesia?
Hal ini yang harus dijawab segera melalui konsolidasi UKM yang jumlahnya cukup besar, namun belum terkoneksi dengan standar mutu yang baik serta akses pasar yang luas, sehingga mereka terdampar di arena perdagangan yang stagnan. Pemerintah melalui Kementrian Perdagangan, Kementrian Koperasi dan UKM, Kementrian Perindustrian, Kementrian Keuangan, Kementerian Desa, dan Kementrian Luar Negeri harus secara solid dan kooperatif mengangkat kelas UKM menjadi pemain global melalui insentif-insentif yang beragam seperti pendampingan pendaftaran standar/lisensi HAKI, Halal, PIRT, ISO, SNI, kemasan yang kreatif, kemudian kemudahan pajak, transportasi barang, dan pendampingan transaksi pembayaran.
Apabila energi pemerintahan Jokowi-JK cukup proporsional digunakan untuk kebutuhan ekonomi khususnya dalam merespon era MEA ini, maka apabila Indonesia berhasil menjadi key player (pemain kunci) dari perdagangan kawasan ini, urusan lainnya seperti hukum, politik, sosial budaya, dll dapat ikut teratasi. Namun, apabila pemerintahan Jokowi-JK diganggu oleh lawan politik, maka kesimpulannya, politik ikut menghabisi nasib rakyat Indonesia yang jumlahnya besar ini.
Resep tahun baru 2016 hanya dibutuhkan satu catatan yakni perbaikan ekonomi. Ketidakstabilan ekonomi global sempat menyeret Indonesia tertatih-tatih hampir setengah tahun lamanya hingga harus mengeluarkan sejumlah Paket Kebijakan Ekonomi hingga Jilid VIII. Apabila Indonesia terhantam di ekonomi global, kemudian disusul ekonomi regional, bisa-bisa masa depan pemerintahan Jokowi-JK menjadi mimpi buruk kabinet. Oleh sebab itu, dibutuhkan konsentrasi ekstra dalam mengendalikan ekonomi di internal dan eksternal agar tidak terjadi malekonomi yang menyebabkan harga menjadi naik, produktifitas perusahaan menurun, hingga hilangnya lapangan kerja dalam skala besar.
Mari rayakan tahun 2016 dengan siasat yang taktis strategis khususnya dalam spektrum ekonomi yang diharapkan mampu bangkit dan menjadi andalan pemerintahan hingga tutup di tahun 2019 mendatang. (***)